Kerry
VS Traktor
Oleh : Lidya Renny Chrisnawaty
Hari ini Kerry, si kerbau
merasa tidak sehat. Punggungnya sakit dan kakinya pegal sekali. Pekerjaannya
jadi lambat dan Pak Petani marah padanya. Setiap pagi dia harus membajak sawah
yang luass sekali. Tak heran lama-kelamaan badannya tidak kuat karena kerbau
yang dimiliki Pak Petani hanya Kerry.
“Kamu sudah tua dan layak
dijual,” gerutu Pak Petani saat
memasukkan Kerry ke kandang.
Kerry jadi amat sedih. Dia
sedang sakit dan ingin dirawat, tapi Pak Petani malah mengomelinya sepanjang
waktu.
“Dulu waktu masih muda dan
kuat, Pak Petani selalu memujiku karena cakap mengerjakan pekerjaanku. Hasil
sawahnya juga berlimpah dan bagus karena tanahnya subur saat kubajak. Tapi sekarang setelah aku kelelahan dan mulai
menua, Pak Petani terus menggerutu bahkan tak segan memecutku,” curhat Kerry
pada Sasha, si sapi betina.
“Moooo…” pekik Sasha
kesal. “Sama! Aku juga begitu! Dulu waktu masih muda dan bisa menghasilkan susu
yang banyak, Pak Petani sayang padaku. Rumput untukku selalu hijau dan
segar-segar. Sekarang hanya rumput kering yang dicarikannya untukku. Manusia
memang susah dimengerti!”
“Bagaimana kalau kita
kabur saja?” Kerry melontarkan ide yang dianggapnya cerdas.
Sasha mengeleng-geleng
sehingga lonceng di lehernya berbunyi ‘klenteng klenteng’. “Kandangnya selalu
dikunci. Dan untuk apa kita kabur? Toh kita masih diberi makan. Di luar kita
harus mencari makan sendiri,” kata Sasha malas. Dia sudah terbiasa diberi makan
dan minum. “Di luar juga dingin kalau hujan, disini kita bisa nyaman tidur
karena atapnya tertutup.”
“Benar juga ya,” gunam
Kerry. Mereka berdua terdiam lalu memutuskan untuk tidur.
* * *
Pagi-pagi terdengar suara
mobil berhenti. Kerry dan Sasha sedang berjemur di luar kandang. Panas matahari
sepagi ini sudah terik. Kerry menatap sosok orang yang keluar dari mobil
mengkilap itu.
“Tampan sekali,” ucap
Sasha kagum. “Kira-kira ada perlu apa ya?”
Pak Petani keluar dari
dalam rumahnya. Dia menjabat tangan pria tampan yang berkemeja rapi itu. Mereka
kemudian duduk di teras. Kerry dan Sasha penasaran dan mendekat supaya bisa
mendengar percakapan mereka.
“Jadi begini, Pak. Jaman
sudah makin modern. Semua orang pasti ingin pekerjaannya segera selesai dan
mendapatkan hasil yang memuaskan. Saya kesini untuk menawari traktor yang dapat
membajak sawah Bapak dengan cepat. Dan Bapak juga tidak terlalu capek karena
tinggal duduk di atasnya saja dan menjalankannya.” Pria tampan yang bernama Pak
Donny itu menawarkan.
“Tapi pasti harganya mahal
sekali,” Pak Petani berkata ragu-ragu, “dan saya sudah terbiasa menggunakan
kerbau. Meski akhir-akhir ini dia mulai menua dan pekerjaannya lambat,”
gerutunya.
Kerry menghela nafas
dengan sedih. Sasha tersenyum penuh simpati, berusaha menghibur temannya itu. Tidak
enak rasanya saat hanya disanjung waktu sehat dan kuat bekerja, dan saat sudah
lemah dan menua tidak dipedulikan lagi.
“Kami juga menawarkan
kredit,” Pak Donny tersenyum. “Cicilannya murah kok, Pak Rahmat. Bagaimana? Anda
mau mencoba membeli traktor kami?” bujuknya.
Pak Petani yang bernama
Pak Rahmat terdiam dan berpikir. Dia menoleh pada Kerry.
Kerry berusaha membalas
tatapan majikannya dengan pandangan memelas. Dia tidak ingin disingkirkan oleh
mesin. Dia ingin terus bekerja meski badannya mulai sakit-sakitkan. Dia ingin
mati saat bekerja supaya dia merasa hidupnya berguna. Dia suka bekerja keras.
Dia tidak seperti Sasha yang menurutnya pemalas. Kerjaannya hanya
tidur-tiduran.
Pak Rahmat melengos dari
Kerry lalu memandang Pak Donny. “Baiklah, Pak Donny. Saya ambil satu saja dulu.
Kerbau saya sudah tidak berguna. Saya tidak ingin panen saya jadi terhambat.”
Pak Donny tersenyum puas
dan mengeluarkan surat-surat yang perlu diisi dan ditanda-tangani Pak Rahmat. Dia
berjanji akan mengantar mesin itu besok pagi setelah Pak Rahmat memberikan uang
muka pembelian traktor itu.
Kerry menunduk sedih.
Mulai besok dia tidak akan terpakai lagi.
* * *
Sudah seminggu ini Kerry
tidak bekerja lagi. Pak Rahmat amat suka dengan mesin pekerja barunya. Semua
pekerjaan selesai dengan cepat. Pak Rahmat masih berbaik hati mengurusnya.
Memberinya makan dan minum. Tapi meski beristirahat cukup, Kerry merasa badannya
malah semakin loyo dan lemah. Dia terbiasa bekerja keras. Meski capek dan
pegal-pegal namun rasanya lebih segar ketimbang bermalas-malasan seperti ini.
Suatu pagi Pak Rahmat
sedang duduk di teras bersama isterinya. Dia sedang menikmati secangkir kopi
panas dan sepiring pisang goreng hangat.
“Bagaimana kalau kerbaunya
kita jual saja, Bu? Dia sudah tidak berguna lagi. Traktor dari Pak Donny sudah
mampu menyelesaikan semuanya.”
“Tapi kasihan, Pak. Kerbau
kita sudah bersama kita bertahun-tahun. Masak kita menyingkirkannya begitu
saja. Dia sudah banyak membantu kita,” kata Bu Rahmat.
Kerry mendengar semua itu
dan makin sedih. Dia akan disingkirkan dari sini. Sasha juga menatap Kerry
sedih. Dia akan kehilangan seorang teman.
Pak Rahmat berpikir
sejenak,”Bapak capek mengurusnya, Bu.” Dia meminum tehnya sampai habis. “Harus
mencari makanan untuknya, menyediakan minum dan memandikannya, membersihkan
kandangnya. Pekerjaan Bapak sedang banyak. Panen sebentar lagi.”
Bu Rahmat berpikir
sejenak. “Tunggulah sebentar lagi. Anak kita pasti bisa kita ajari mengurusnya.
Biarlah Joko yang mulai belajar memberi makan, minum, memandikan dan
membersihkan kandangnya sepulang sekolah.”
“Moooo….” Pekik Sasha
senang. “Lihat? Untung kita punya majikan perempuan yang baik hati!”
Kerry tertawa. Dia tidak
jadi dijual. Dia akan diurus oleh Joko. Dia akan bermain bersama Joko. Dia akan
rela-rela saja punggungnya dinaiki oleh Joko. Untunglah, dia tidak jadi
membenci traktor itu. Sempat terpikir olehnya untuk merusak mesin itu. Tapi
dicegah oleh Sasha. Dia tidak boleh iri pada mesin, bagaimanapun binatang lebih
bernyawa dan punya perasaan. Harus dijaga baik-baik. Mesin suatu saat pasti
rusak dan bila tidak bisa diperbaiki hanya dibuang begitu saja.
* * *
Sejak Kerry diurus oleh
Joko, bocah berusia sebelas tahun itu, hari-harinya dilalui dengan perasaan
bahagia. Sepulang Joko dari sekolah, dia diajak Joko bermain di lapangan juga
di sungai. Mereka bermain air dan jadi teman yang baik. Mereka saling menyayangi.
* * *
Ditulis : 20 Maret 2010
Dikirim : 22 Maret 2010
Menang : Juara 3 Lomba Write A Story Penerbit Erlangga, 05 Mei 2010
Dikirim : 22 Maret 2010
Menang : Juara 3 Lomba Write A Story Penerbit Erlangga, 05 Mei 2010
http://www.erlangga forkids.com/ index.php? option=com_ content&view=article&id=79&Itemid=146