Suddenly Susan
“Bosannn…,” keluh
Susi. Dia menguap lebar persis kuda nil minta makan. Tangannya memencet channel
tivi nggak jelas. “Lagi-lagi berita perceraian artis… kenapa seh pada cerai?
Kalau cerai ngapain juga nikah! Ngabisin dana aja neh, mendingan disumbangkan
ke aku.” Susi sewot sendiri.
Salah satu
stasiun tivi menayangkan acara musik. Seorang penyanyi wanita dengan suara
merdunya menyanyikan lagu cinta yang menyayat hati.
“Ah, enaknya
jadi artis. Terkenal, banyak duit, bisa ngapain aja. Hoaamm… koq aku jadi
ngantuk banget yah.” Mata Susi makin merem. Hanya dalam hitungan detik dia
sudah terkapar. Dengkuran halus terdengar dari mulutnya yang terbuka. Semoga
aja nggak ada laler nyasar masuk trus mengakibatkan Susi diare sampai berhari-hari.
Sekarang yang terjadi malah tivinya yang lagi nonton Susi bobok manis!
Pagi hari Susi
terbangun. Terdengar ketukan di pintu. Knock. Knock. Kayak lagunya Britney
Spears, gitu loh!
“Siapa sehh…
masih ngantuk banget neh…” keluh Susi sebal sambil melangkah ke arah pintu
dengan mata masih sedikit terpejam. Dia membuka pintu.
Seorang wanita
berkacamata langsung menyeruak masuk. “Susannn… gimana seh! Aku sudah bilang
kamu harus bangun jam 5! Coba liat jam berapa ini? Mana kamu belum mandi, make up! Aduhh pusinggg… nanti kita
dimarahin sutradara lagii….”
“Apaan seh?” Susi
menggaruk-garuk rambutnya yang masih acak-acakkan. Siapa Susan? Namaku Susi kok.
“Sudahh…
buruannn mandi! Kamu harus syuting jam setengah 7, tau!” semprot wanita itu
lalu mendorong tubuh Susi ke kamar mandi.
Hah? Syuting?
Susi dengan bingung berdiri di depan kaca kamar mandi. Dia langsung melotot. Wajahnya
memang tetap wajahnya tapi dengan format yang berbeda eh style yang berbeda. Rambutnya
yang dulunya pendek sekarang panjang dan bercat warna-warni! Ada merah, kuning,
hijau di langit yang biru…. eh salah itu kan
lagu jaman Es-de. Hehe… Pokoknya rambutnya jadi berwarna-warni deh. Susi
mengamati bajunya yang lain dari biasanya. Dia yang biasanya pake piyama
kedodoran sekarang memakai gaun tidur yang halus banget dan sexy! Hah! Jangan-jangan
aku mimpi neh! Susi mencubit pipinya. ADOW! Sakit! Bukan mimpi? Loh… koq bisa
gini seh?
*
* *
“Mb-ak kita mau kemana ya?” Susan bertanya
hati-hati saat mereka sudah berada di dalam mobil mewah yang sofanya empuk. Wanita
itu melotot. Sumpah matanya persis mata ikan koki. Jadi gede banget! “Ya ampun!
Dialog buat syuting iklan hari iniii… gimana seh kamu? Kamu kan hari ini harus syuting iklan minuman
dengan Dirly!”
“Dirly?” Susi
membelalakkan matanya. “Dirly yang itu? Yang di Indonesian Idol?”
“Ya iya lahhh..
Dirly yang mana lagiii…. Duh Susann jangan bilang kalo kamu tiba-tiba kena
amnesia!”
Susan meringis
lalu membaca setumpuk kertas yang disodorkan wanita itu.
“Nih skenario
iklannya. Kita hampir sampai di studio. Jangan lupa pake topimu nanti kamu
dikerubuti fans.!”
Wah? Fans? Dia
bener-bener jadi artis? Wah senangnya! Mimpinya jadi kenyataan! Dia keluar dari
mobil dikawal supirnya dan beberapa petugas keamanan karena fans di depan
studio sudah berjubel.
“Susann… minta
tanda tangann donkkk….” teriak seorang cowok berambut pelontos. “Kamu cantik
sekalii Susann… I Lovee youu…”
“Susann…. awasss
kalo kamu deketin Dirly… gue gundulin rambut lo!” teriak seorang cewek sambil
melemparkan sebotol aqua. Untung dengan sigap ditangkep sama petugas keamanan
yang mengawal dia. Kalau enggak jidatnya
bisa nonong dilempar Aqua 1 liter itu.
Akhirnya Susi sampai ke dalam studio dengan selamat.
*
* *
“Susannn… kamu jangan gerak sana-gerak sini donkkk ahh!” semprot Filan,
si penata rias bencong itu. Dengan kesal Susan balik menyemprotnya. “Denger
yaaa… pertama! Rambutku bukan taneman jadi jangan asal gunting sana-gunting
sini! Kedua! Wajahku bukan kertas gambar yang bisa lo coret sana-sini! Ngertiii?!”
“I-iya Susan… sorr-sorry…”
Dengan gemeter Filan menjawab. Tapi dalam hati dia memaki. Idihh! Sok banget
dehh! Baru juga terkenal seujung kuku! Maklum artis baru!
“Sudah selesai
belum?” Dona masuk tanpa bersuara bikin Filan dan Susan yang lagi mengheningkan
cipta kaget.
“Sudah. Tuh
Susan jadi cantikk, siapa yang ngerias… Filannn…” cerocos Filan narsis. Memuji
hasil karyanya sendiri.
“Iyaa deeeh….”
Dona mencubit pipi Filan gemes. “Ayo Susan! Sutradara sudah ngomel tuh!” Tanpa
ampun lagi Dona menggeret Susan ke studio syuting. Sesampai disana Susan
bener-bener melongo ngeliat mahkluk cakep yang satu itu. Dirly… ya ampunn kamu
kok cakep bener! Cowok itu mengenakan kemeja biru yang kancingnya dibuka sampai
dada. Rambutnya dibikin jabrik plus tambahan sedikit highlight.
“Susan!
Ngapain bengong gitu! Cepet kita harus mulai syuting! Saya nggak punya banyak waktu!”
semprot seorang pria berkumis tanpa ba-bi-bu.
“Ee… iy-iya
pak….” Susan jadi merinding. Asli tuh orang sudah wajahnya galak eh ternyata memang
galak beneran!” Cepett berdiri disebelah Dirly!” perintahnya. Susan dengan
gugup mendekat ke Dirly. Wahh wangi parfum maskulin… Susan bener-bener grogi
sampai posisi berdirinya kaku gitu. Keringetnya menetes.
“Keringetmu
netes tuh…” kata Dirly sambil memberikan sehelai tissue.
Susan meringis
malu. “Makasih. Panas ya cuacanya… hihi….”
“Okeyy… kita
mulaii… 5… 4… 3… 2… 1… Action!!”
Eitss… tunggu
aku harus ngapain neh! Susan panik setengah mati karena nggak tahu apa yang harus
dia lakukan. Eh, lagi panik gitu Dirly malah merangkul dia. Otomatis Susan tambah
deg-degan nggak karuan dan hanya bisa melongo.
“CUTTTTTT!! SUSANNN…
ACTING YANG BENER DONKK! KOK MALAH BENGONG GITUU! KAMU TUH BISA ACTING NGGAK
SEH? JANGAN MODAL TAMPANG DOANK DONKK!!” Sutradara itu membentak Susan tanpa
rasa kasihan. Wajah Susan langsung memerah. Dia malu banget. Matanya mulai
terasa panas. Rasanya mau nangis. “OKEYY… MULAI LAGII..! 5… 4… 3… 2… 1… ACTION!!”
“Jangan gugup
donk. Tenang. Kan ada aku…” bisik Dirly di telinga Susan. Wahh Susan langsung
berbunga-bunga dan ngerasa melayang di langit ketujuh.
Susan berusaha
keras mengingat naskah yang dia baca di mobil tadi. Emm… menurut naskah itu dia
terhuyung-huyung karena badannya lemah lalu dia bertemu dengan Dirly. Dirly
memberinya minuman berenergi itu dan dia langsung segar bugar. Mudah! Susan
mulai berakting terhuyung-huyung persis kayak zombie baru bangkit dari kubur.
Dirly datang bagai pahlawan kesiangan. “Hei kamu kenapa? Badan lemah? Neh makanya minum Ebermel. Minuman berenergi
beraroma melati! Bikin kamu seger terus sepanjang hari!”celoteh Dirly lincah, persis
penjual obat nawarin dagangannya .
“Makasih.” Aku
meminumnya. Eh loh… kok rasanya aneh banget gini? Jangan-jangan sudah
kadaluarsa ya? Eh, kok aku jadi pusing beneran dan kepalaku berkunang-kunang. Eh,
koq wajah Dirly kelihatan cemas gitu ya? Loh sekarang sudah malem ya kok lama-lama
jadi gelap banget gini? Brukk… Susan sukses pingsan dalam pelukan Dirly.
“Eh kak… kak…”
Seseorang menepuk-nepuk pipi Susan.
Susan
mengeliat. “Ah, Dirly… pelan-pelan donk nepuknya sakit neh.” Dia membuka matanya
lebar lalu meloncat bangun. “Eh, loh Dirly mana?”
“Dirly? Apaan
seh, kak? Kak Susi ngelindur ya? Tuh mulutnya belepotan iler. Hihi…” ledek Roki,
adik Susi yang berambut jabrik.
“Ehhh… tadi kakak
syuting film sama Dirly! Trusss… yahhh ternyata mimpi dehhh…” Susi yang
tiba-tiba sudah berubah jadi Susan lagi mendesah kecewa.
“Cuci muka
dulu gihh! Muka amburadul gitu!” Roki ngelemparin bantal ke wajah Susi. Kena Telak.
“Rokii… awass
nanti aku bilangin mama loh!” Susi balik ngelempar bantalnya tapi nggak kena
karena Roki sudah buru-buru kabur dan menghilang di balik pintu ruang keluarga,
tempat Susi menonton tivi.
Susi termangu-mangu
mengingat mimpinya barusan sambil mendekap bantal itu di dadanya. Ah Dirly… kamu
cakep sekali. Tapi ternyata jadi artis itu ada nggak enaknya juga ya? Kalau
salah dibentak-bentak, sudah gitu nggak boleh telat syuting, harus nurut
sutradara gini gitu. Meski terkenal, banyak duit, tapi juga nggak bisa
jalan-jalan seenaknya karena nanti dikerubuti fans. Semua hal ada harga yang
harus dibayar. Susi menatap wajah para artis yang simpang siyur muncul di iklan
televisi. Nggak mudah jadi artis!
* *
*