Saturday, November 16, 2013




Miss Cathy
Lidya Renny Chrisnawaty

Meonggggg…
“Kyaaaaaaaaa!! Cathyyyyyy…!”
Catherine langsung nongol sambil menggendong anggora berbulu putih kesayangannya.
“Ada apa, Kak Ana?”
“Ada apa? Lihat nih, kucingmu bikin ulah lagi!” teriak Mariana kesal. Tiga guratan merah terlihat di lengan kirinya.
“Ah, pasti Kak Ana yang usil guntingin kumisnya lagi deh,” tuduh Catherine.
“Eh, bukannya kuatirin Kakak atau bantuin obatin kek, eh malah nuduh-nuduh,” desis Mariana marah.
Bukan kali ini saja mereka bertengkar soal kucing, binatang kegemaran Catherine itu atau yang dipanggil Cathy. Gadis kecil berusia empat belas tahun itu terlalu maniak kucing. Koleksinya sudah terlalu banyak tapi masih tetep suka nambah lagi dan lagi. Mariana bukannya benci pada kucing, cuma kalo seisi rumah begini jadi kandang kucing, dia kesal juga.
Bayangin aja dia turun dari kamarnya di lantai atas, di tangga sudah ada dua kucing asyik tiduran, dia nyaris saja kesandung. Kalo keinjek dia yang disalahin Cathy, tapi kalo dia sampai jatuh siapa yang mau tanggung jawab? Si kucing? Aih binatang itu tetep asyik aja mengeong-ngeong manja.
Mau mengadu pada siapa? Papa sibuk bekerja, berangkat pagi pulang malem, begitupula Mama sebagai wakil Papa di kantor. Di rumah Mariana dan Catherine cuman berdua, dengan pembantu yang datang pagi pulang sore. Dan Cathy asyik berteman dengan kucing-kucingnya.
Ini tidak bisa dibiarkan! Pikir Mariana geram. Sudah cukup penderitaannya karena kucing-kucing milik Cathy. Sudah berkali-kali dia nyaris terjembab dari tangga, nginjak kotorannya yang baunya aduhai, ataupun tubuhnya babak belur  dicakar kucing-kucing itu.
Malamnya Mariana online di chat facebook, meluapkan kekesalannya pada pacarnya yang sedang mudik ke luar kota.
Gimana aku nggak kesal, Say. Hari ini lenganku dicakar lagi sama salah satu kucing itu! Jadi nggak mulus lagi deh.
Hahaha, tetep cantik kok, say
Makasih, Say *blushing icon* Gimana ya cara menyingkirkan kucing-kucing itu?
Hmm, cariin pacar aja buat adikmu itu.
Hahh, pacar? Dia itu temen aja nggak punya, kebanyakan ngurusin kucing-kucingnya itu.
Makanya, sebagai Kakak yang baik cariin donk dia pacar.
Setelah ngobrol tiga jam-an, Mariana offline karena udah ngantuk. Sambil tiduran dia mikir.
Benar juga ya, kalo dia sibuk kencan kan jadi nggak ngurusin kucing-kucingnya. Lama-lama kucingnya pada mati deh soalnya nggak dikasih makan sama majikannya, eh kejam banget sih aku. Maksudku lama-lama Cathy akan bosan dengan kucingnya dan suruh jual atau kasih orang deh.
Okey, aku pikirin dulu kandidat calon pacarnya. Hmm… anak tetangga belakang rumah kayaknya sip juga. Seumuran sama Cathy, cute dan gaul. Perfect. Besok aku kesana pura-pura pinjem apa atau nganterin makan kek sama ngajak Cathy terus aku suruh kenalan deh mereka. Terpaksa jadi Mak comblang daripada kena cakar mulu.
* * *
Seperti biasa sepulang sekolah bukannya makan duluan tapi Cathy selalu menyempatkan mengelus-elus kedelapan kucingnya dulu.
“Cathyy… kesini bentar dehh…” panggil Mariana.
Setelah menyelesaikan ritualnya mengelus kedelapan kucingnya, dia cuci tangan lalu baru ke ruang makan. Disana Mariana sudah memegang piring berisi kue-kue kering. Mariana sengaja meminta Bik Sumi, pembantunya untuk membuat kue hari ini. Bik Sumi selain pandai membersihkan rumah, juga pandai memasak dan bikin kue.
“Apa, Kak? Waduh enak sekali kuenya kayaknya,” Cathy mengulurkan tangannya mau mencomot kue itu.
“Eh, jangan, ini buat tetangga. Itu bagian kita di  meja makan. Ikut Kakak anterin ini, yuk. Ke belakang rumah situ,” ajak Mariana.
“Kan Kakak sendiri bisa, kenapa sama Cathy?” ucap Cathy heran.
“Udah, ikut ajaaa.” Mariana menggeret Cathy ke pintu keluar.
“Ganti baju dulu ya, Kak?”
“Nggak usah,” ucap Mariana tegas.
Kebetulan sekali cowok yang diincer Mariana untuk jadi kandidat calon pacar adiknya sedang bermain basket di halaman.
“Dion, Dion,” panggil Mariana.
Dion, cowok bertopi merah, bersinglet hitam dan bercelana pendek itu berlari menghampiri Mariana.
“Ini kue buat kamu dan keluargamu, oh ya kenalin ini adik Kakak, namanya Cathy.”
Dion menyalami Cathy yang langsung tersipu malu dikenalin sama cowok cute. Setelah menyebutkan nama masing-masing, mereka berdua hanya terdiam.
“Oh, aduh, Kakak lupa ovennya tadi belum Kakak matiin! Cathy kamu disini dulu, Kakak segera kembali!” Tanpa menunggu jawaban dua bocah SMP itu, Mariana langsung ngacir ke rumahnya. Sampai rumah dia menutup pintu dan mengintip dari jendela belakang kelakuan dua ABG  itu.
Oh, Dion tersenyum dan mengucapkan sesuatu. Oh, Cathy tertawa. Oh, Dion memakan kuenya dan mengundang Cathy masuk ke halaman. Oh, great! Mereka duduk berdua di kursi taman depan rumah Dion. Sepertinya ini akan berhasil! Mariana cekikikan sendiri sampai Bik Sumi geleng-geleng melihatnya.
Tiba-tiba kucing-kucing Cathy mengeong-ngeong keras. Terlihat Cathy tersentak dan bangkit dari duduknya.
“Ssttt… diammm… kalian ini ganggu majikan kalian kencan saja!” desis Mariana dan melotot pada kucing-kucing itu. Beberapa menjilati dan melingkar-lingkar di kakinya. “Okey, okey kalian lapar?”
Mariana mencari dus-dus makanan kucing di rak. Mengisi piring-piring makanan kucing dan juga mengisi mangkok air minum mereka.
Ah, ternyata demi adikku dapet pacar, aku yang jadi ngurusin nih kucing-kucing deh. Dilema jadinya. Mariana menggaruk-garuk rambutnya. Dia menoleh ke jendela lagi. Ah, Cathy udah nggak ada, dia pasti pulang deh soalnya dengerin nih kucing-kucing manja mengeong-ngeong.
Cathy membuka pintu, “Puss… puss… Mini, Diana, Angel, Siska, Miracle, Nadine, Jenie, Puspita.”
Kedelapan kucing betina itu langsung berhamburan berlari ke arah majikan kecilnya. Mengeong-ngeong, menjilati dan melingkar-lingkar manja di kaki Cathy.
“Cathy, coba kesini sebentar, Kakak mau bicara,” ucap Mariana tegas. “Now. Ke ruang keluarga.”
Setelah Mariana dan Cathy duduk berhadapan di sofa ruang keluarga yang empuk, Mariana langsung mengutarakan isi hatinya.
“Cathy, dengarkan Kakak ya. Kakak bukannya benci pada kucing-kucingmu, tapi Kakak nggak pengen kamu berakhir jadi wanita tua yang hanya hidup ditemani gerombolan kucing-kucingnya. Kamu harus cari teman manusia atau… pacar…”
“Ah, jadi itu tadi maksud Kakak mengenalkan aku sama Dion? Ya, dia emang cute… tapi…”
“Cathy, Kakak nggak bisa selalu bersama kamu. Sebentar lagi Kakak lulus SMA, dan mungkin akan kuliah ke luar negeri. Kakak nggak pengen kamu jadi gadis pemalu dan nggak punya teman. Hanya di rumah saja, tidak bergaul. Come on, dunia itu indah dan berteman itu asyik. Ya kadang pertemanan emang diselingi oleh sedikit pertengkaran. Tapi it’s okey justru dengan itu kamu bisa belajar arti persahabatan. Jadi mohon kamu membuka hatimu untuk berteman, okey?”
“Baiklah…” ucap Cathy lirih.
“Nah, sekarang tolong antarkan kue lapis di dapur ke keluarganya Dion dan berbincanglah dengannya.”
Cathy mengangguk tapi melirik ke kucing-kucingnya.
“Jangan kuatir, kucing-kucingmu sudah Kakak beri makan dan minum,” ucap Mariana seakan bisa membaca pikiran Cathy. Dia masih tak rela meninggalkan kucing-kucingnya.
Beberapa hari kemudian mulai ada perkembangan yang menggembirakan. Cathy suka bermain basket dengan Dion dan ngobrol disana lama. Kedua anak itu tampaknya cocok, dan Cathy mulai tidak memperhatikan kucing-kucingnya. Meski akhirnya Mariana dan Bik Sumi yang kerepotan memberi makan, minum dan mandiin.
Tapi Mariana senang adiknya punya teman yang sesama manusia tentunya. Dan suatu hari Cathy mengajak Dion bermain ke rumah.
Dion terperangah, mengernyit ketakutan dan mengerang.
“Kucing? Aku benci kucing! Aku pernah digigit waktu kecil dan aku jadi trauma! Aku nggak mau main ke rumahmu kalo banyak kucing!” Dion langsung kabur kembali ke rumahnya.
Cathy melongo. Terpaku di tempatnya. Melirik kucing-kucingnya. Harus memilih mana? Cowok cute apa kucing-kucingnya? Tapi Dion cowok yang cakep dan menyenangkan…
“Mini, Diana, Angel, Siska, Miracle, Nadine, Jenie dan Puspita… maafkan aku…”
* * *
Ditulis                           : 13 Mei 2011 12:57
Dikirim                         : Rabu 08 Juni 2011
Konfirmasi                    : Selasa, 28 Juni 2011
Dimuat di Tabloid Keren Beken            : Edisi 13 Tahun XI, 27 Juni – 10 Juli 2011




Teh Hijau Kepala Djenggot

          Dulu aku adalah penggemar soda yang berwarna biruuu. Aku juga suka minum apa saja, kayak teh, kopi, jus, pokoknya minuman yang man...