Cyber
Girl
Lidya Renny Chrisnawaty
“Aku gak bisa
bersama kamu, Val! Sorry! Aku kemarin
cuma mau have fun sama kamu saja! Aku
cinta cowokku!” kata Sesha tegas sebelum beranjak dari hadapan Noval.
Noval
menghisap rokoknya, dihembuskannya pelan. Masih segar dalam ingatannya
peristiwa setahun yang lalu. Sesha, cewek manis berambut panjang yang yang dia
kenal di dunia chatting dengan nick nama: ^c3^ maniez itu mengaku berasal dari Semarang dan berusia 18 tahun.
Setelah
beberapa bulan mereka akrab di chattingan, Noval yang berasal dari Bandung
mengajak kopdar. Noval sangat menyukai
Sesha dari cara bicaranya di chat. Apalagi setelah bertatap muka, dia langsung
jatuh cinta pada pandangan pertama.
Sesha pernah bilang di chat kalo dia sudah
punya cowok, namun sewaktu Noval di Semarang, Sesha dengan senang hati
menemaninya kemanapun sehingga timbul harapan dalam hati Noval. Tapi saat Noval
menyatakan perasaannya, penolakan kasar Sesha jelas sangat mengejutkannya. Cewek
brengsek! Noval mengumpat dalam hati, sebelum pulang ke Bandung dengan goresan luka yang pedih di
hatinya. Sejak itu Noval sudah tidak pernah chatting lagi. Menurutnya cewek-cewek
di dunia chatting itu pembohong semua!
“Val!”
Teriakkan keras dari balik pintu kamar kostnya menyadarkannya dari lamunan.
“Buka saja,
gak dikunci!”
“Ngapain
kamu? Males-malesan saja kerjanya?” tanya Juno, temen satu kostnya. Dia
menghela nafas. ”Sampai kapan kamu kayak gini?”
“Kayak gimana
maksudmu, Jun?”
“Yah menyiksa
diri sendiri kayak gitu, ngerokok, kadang minum untuk ngilangin sakit hatimu ke
cewek itu. Sudahlah, cewek kayak gitu lupain saja,” nasehat Juno dengan wajah sok
bijak.
“Ahh… sapa
bilang aku masih mikirin! Aku seneng aja ngerokok gini. Nikmat.”
Juno
menggeleng prihatin. “Sebelum ketemu cewek itu…, siapa namanya? Hmm… Sesha? Kamu
gak ngerokok. Mau aku kenalin sama adik temenku? Cakep lho!”
“Ah, udahlah
Jun. Aku lagi males ngomongin cewek sekarang!” tolak Noval mentah-mentah gak
pake digoreng.
“Nah itu tandanya
kamu masih sakit hati. Orang bilang buat ngelupain yang lama, ganti dengan yang
baru,” kata Juno sok berfilsafat. “Mandi gih! Biar ketemu cewek cakep!”
“Huuu ketek-ku
wangii, nih ciumm….” Noval menunjukkan keteknya pada Juno. Juno mengeryitkan
hidungnya ngerasa mencium bau tidak enak lalu memencet hidungnya.
“Tapi aku
lagi males keluar neh. Tuh lihat mendung.” Noval beralasan.
“Ahh, gak
usah banyak alasann! Bentar lagi juga cerahh. Mendung gak berarti hujan. Cepett
sono!” Noval ngelempar handuk yang digantung di belakang pintu ke muka Noval.
Noval
nyengir. Dia mengikuti langkah Juno keluar kamarnya dan dengan males-malesan ke
kamar mandi yang terletak gak jauh dari kamarnya. Tak lama dia keluar memakai
kaos dan jeans lalu beranjak ke kamar Juno yang terletak tepat di sebelahnya.
“Junn udah
belum? Koq malah aku yang nungguin nehh!” Dia mengetok pintu kamar Juno
keras-keras.
“Bentarr lagi
sisiran nehh…,” teriak Juno dari dalam kamar.
“Walahhh…
pake sisiran segala, lipstick-an juga
sekalian yaa!!” ledek Noval.
Ceklek. Pintu
kamar dibuka. Juno meringis. Wangi parfum berpedar. Noval memencet hidungnya.
“Uh, kamu
barusan mandi parfum ya?” Noval mengibas-ngibaskan telapak tangannya sekedar
untuk mengusir wangi menyengat itu. Nyamuk plus lalat yang lagi asik beterbangan
dijamin bisa langsung tewas kena polusi parfum itu.
Juno tertawa
lebar. ”Ketemu cewek ya harus wangi donkkk, gimana kamu sehh….”
“Loh katanya
yang mau kamu kenalin aku? Koq malah kamu yang dandan heboh?” tanya Noval
heran.
Juno mencibir,
“Sebagai mak comblang harus rapi juga donk. Sapa tau masih ada gebetan lainnya.
Eh, by the way, pakai motormu ya?” Juno
nyengir.
“Yey! Kan kamu yang ngajak! Masak
pake montorku seh!” protes Noval.
Juno makin
nyengir. ”Montorku gak ada bensinnya. Duit bulananku udah habis. Jadi pake
montormu aja ya?”
“Sama sekaliann….,” Juno nyengir malu sambil
garuk-garuk rambutnya yang memang gatel karena ketombean.
“Apa?” Noval
mendelik. Firasat buruk neh.
“Pinjemin aku
duit donkk…. Masak mau ketemuan sama cewek cakep gak bawa duit. Suerrr ntar
kalau duit bulananku sudah ditransfer, duitmu aku balikin dehh,” pinta Juno
dengan raut melas tapi maksa.
Noval
melotot. ”Gak modal banget seh! Berapa kamu mau pinjem?” Meski dalam hati
ngedumel dikeluarkannya juga dompetnya yang berwarna cokelat dari saku belakang
jeansnya.
“Seratus….”
“Seratus rupiah?”
“Seratuss
ribu donkk! Gimana seh kamu….” Tanpa permisi Juno mencomot seratusan ribu dari
dompet Noval dan langsung lari ke luar.
Noval
cemberut. ”Huh, minjem maksa....” Dia melangkah pelan ke luar. Juno udah nangkring
di atas sepeda montornya.
“Aku yang
boncengin deh. Kalau kamu yang nyupir ntar nyasar.”
“Emang aku
buta arah!” tukas Noval sewot.
“Bukan gitu
sayangg… kan kamu belum tahu rumah temenku….”
“O, iya….” Noval
menepuk jidatnya lalu nangkring di belakang Juno. ”Buruan cabut. Awas kalau ceweknya gak cakep!”
“Nahh gitu
donkk. Yang semangatt…. Okee…. Siap tancapp boss….” Juno melajukan montor Noval
cepat.
Sampai di
rumah temen Juno yang namanya Surya, Noval kaget setengah mateng.
Mateng-sematengnya, bahkan hampir gosong! Eh, emang masakan. Hehe…. Tak lain
dan tak bukan karena salah satu dari adik Surya adalah Sesha! Noval melongo
setengah mati, sementara Sesha salah tingkah.
“Ehmm…. Apa
kabar?” Sesha membuka percakapan dalam kecanggungan yang kentara.
“Baik….”
Noval menunduk menahan kegundahan hatinya. Dan berusaha keras menelan perasaan
suka dan sakit hatinya sekaligus. Mereka terdiam beberapa saat dalam keheningan
yang mencekam. Weh, kayak film horror saja.
“Aku ingin
minta maaf….” Suara lembut Sesha terdengar kembali. Wajah cantik itu kelihatan
tulus dan di bola matanya terpancar penyesalan yang dalam.
“Emang kamu
salah apa?” Noval tersenyum tipis. Dia tidak ingin mendendam pada siapapun,
meski jelas terasa di hatinya rasa pedih itu.
“Bisakah kita
memulai kembali dari awal?”
Pertanyaan
Sesha itu mengagetkan Noval. Bisakah? Bisakah dia melupakan kekecewaannya, rasa
sakit hati dan kepedihannya setelah Sesha dengan tega mempermainkannya? Dan
bisakah Sesha setia padanya? Noval menghela nafas, terdiam untuk sejenak.
“Sesha… aku
memaafkanmu.” Noval menggenggam jemari Sesha untuk membuktikan ketulusannya.
“Tapi maaf… aku rasa kamu bukan cewek terbaik untukku. Begitu pula aku bukan
cowok terbaik untukmu.”
Sesha
terperangah, tidak menyangka akan penolakan Noval.
“Aku sudah
putus dengan cowokku….” Sesha menjelaskan karena mengira itu alasan Noval
menolaknya.
“Bukan itu
alasannya….” Noval berdiri. “Kamu tidak bisa memulai sesuatu yang sudah kamu
akhiri.”
Air mata
Sesha menetes. Dia hanya bisa menatap punggung Noval yang mulai menjauh darinya.
“Jun, ayo pulang.”
Noval berbisik di telinga Juno yang sedang asik ngobrol dengan Ririn, adik
Surya juga yang notabene adalah kakak Sesha.
“Loh, kenapa?
Lagi asik ngobrol neh.”
Noval melotot
memberi isyarat bahwa dia tidak bisa ditolak. Di jalan Juno terus menerus bertanya
sekalian protes dengan gangguan Noval tadi.
“Nanti aku
ceritain. Yang pasti dan yang paling penting prioritasku bukan cewek dulu!
Mendingan aku konsen sekolah, kuliah, kerja! Nah baru deh cari cewek untuk
hubungan serius!”
“Ah, sok
bijak lu, Val…,” ejek Juno. Tawa mereka berdua membahana di jalanan, berusaha
mengalahkan suara keramaian lalu lintas.
* * *
Ditulis :
Lupa
Dikirim : Rabu, 10 Maret 2010
Konfirmasi : Selasa, 07 September 2010
Dimuat di Majalah
Teen : Edisi 241/th XVIII/ Minggu Keempat November 2010