Saturday, November 16, 2013




Cyber Girl
Lidya Renny Chrisnawaty



“Aku gak bisa bersama kamu, Val! Sorry! Aku kemarin cuma mau have fun sama kamu saja! Aku cinta cowokku!” kata Sesha tegas sebelum beranjak dari hadapan Noval.
Noval menghisap rokoknya, dihembuskannya pelan. Masih segar dalam ingatannya peristiwa setahun yang lalu. Sesha, cewek manis berambut panjang yang yang dia kenal di dunia chatting dengan nick nama: ^c3^ maniez itu  mengaku berasal dari Semarang dan berusia 18 tahun.
Setelah beberapa bulan mereka akrab di chattingan, Noval yang berasal dari Bandung mengajak kopdar. Noval sangat menyukai Sesha dari cara bicaranya di chat. Apalagi setelah bertatap muka, dia langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. 
Sesha pernah bilang di chat kalo dia sudah punya cowok, namun sewaktu Noval di Semarang, Sesha dengan senang hati menemaninya kemanapun sehingga timbul harapan dalam hati Noval. Tapi saat Noval menyatakan perasaannya, penolakan kasar Sesha jelas sangat mengejutkannya. Cewek brengsek! Noval mengumpat dalam hati, sebelum pulang ke Bandung dengan goresan luka yang pedih di hatinya. Sejak itu Noval sudah tidak pernah chatting lagi. Menurutnya cewek-cewek di dunia chatting itu pembohong semua!

“Val!” Teriakkan keras dari balik pintu kamar kostnya menyadarkannya dari lamunan.
“Buka saja, gak dikunci!”
“Ngapain kamu? Males-malesan saja kerjanya?” tanya Juno, temen satu kostnya. Dia menghela nafas. ”Sampai kapan kamu kayak gini?”
“Kayak gimana maksudmu, Jun?”
“Yah menyiksa diri sendiri kayak gitu, ngerokok, kadang minum untuk ngilangin sakit hatimu ke cewek itu. Sudahlah, cewek kayak gitu lupain saja,” nasehat Juno dengan wajah sok bijak.
“Ahh… sapa bilang aku masih mikirin! Aku seneng aja ngerokok gini. Nikmat.”
Juno menggeleng prihatin. “Sebelum ketemu cewek itu…, siapa namanya? Hmm… Sesha? Kamu gak ngerokok. Mau aku kenalin sama adik temenku? Cakep lho!”
“Ah, udahlah Jun. Aku lagi males ngomongin cewek sekarang!” tolak Noval mentah-mentah gak pake digoreng.
“Nah itu tandanya kamu masih sakit hati. Orang bilang buat ngelupain yang lama, ganti dengan yang baru,” kata Juno sok berfilsafat. “Mandi gih! Biar ketemu cewek cakep!”
“Huuu ketek-ku wangii, nih ciumm….” Noval menunjukkan keteknya pada Juno. Juno mengeryitkan hidungnya ngerasa mencium bau tidak enak lalu memencet hidungnya.
“Tapi aku lagi males keluar neh. Tuh lihat mendung.” Noval beralasan.
“Ahh, gak usah banyak alasann! Bentar lagi juga cerahh. Mendung gak berarti hujan. Cepett sono!” Noval ngelempar handuk yang digantung di belakang pintu ke muka Noval.
Noval nyengir. Dia mengikuti langkah Juno keluar kamarnya dan dengan males-malesan ke kamar mandi yang terletak gak jauh dari kamarnya. Tak lama dia keluar memakai kaos dan jeans lalu beranjak ke kamar Juno yang terletak tepat di sebelahnya.
“Junn udah belum? Koq malah aku yang nungguin nehh!” Dia mengetok pintu kamar Juno keras-keras.
“Bentarr lagi sisiran nehh…,” teriak Juno dari dalam kamar.
“Walahhh… pake sisiran segala, lipstick-an juga sekalian yaa!!” ledek Noval.
Ceklek. Pintu kamar dibuka. Juno meringis. Wangi parfum berpedar. Noval memencet hidungnya.
“Uh, kamu barusan mandi parfum ya?” Noval mengibas-ngibaskan telapak tangannya sekedar untuk mengusir wangi menyengat itu. Nyamuk plus lalat yang lagi asik beterbangan dijamin bisa langsung tewas kena polusi parfum itu.
Juno tertawa lebar. ”Ketemu cewek ya harus wangi donkkk, gimana kamu sehh….”
“Loh katanya yang mau kamu kenalin aku? Koq malah kamu yang dandan heboh?” tanya Noval heran.
Juno mencibir, “Sebagai mak comblang harus rapi juga donk. Sapa tau masih ada gebetan lainnya. Eh, by the way, pakai motormu ya?” Juno nyengir.
“Yey! Kan kamu yang ngajak! Masak pake montorku seh!” protes Noval.
Juno makin nyengir. ”Montorku gak ada bensinnya. Duit bulananku udah habis. Jadi pake montormu aja ya?”
 “Sama sekaliann….,” Juno nyengir malu sambil garuk-garuk rambutnya yang memang gatel karena ketombean.
“Apa?” Noval mendelik. Firasat buruk neh.
“Pinjemin aku duit donkk…. Masak mau ketemuan sama cewek cakep gak bawa duit. Suerrr ntar kalau duit bulananku sudah ditransfer, duitmu aku balikin dehh,” pinta Juno dengan raut melas tapi maksa.
Noval melotot. ”Gak modal banget seh! Berapa kamu mau pinjem?” Meski dalam hati ngedumel dikeluarkannya juga dompetnya yang berwarna cokelat dari saku belakang jeansnya.
“Seratus….”
“Seratus rupiah?”
“Seratuss ribu donkk! Gimana seh kamu….” Tanpa permisi Juno mencomot seratusan ribu dari dompet Noval dan langsung lari ke luar.
Noval cemberut. ”Huh, minjem maksa....” Dia melangkah pelan ke luar. Juno udah nangkring di atas sepeda montornya.
“Aku yang boncengin deh. Kalau kamu yang nyupir ntar nyasar.”
“Emang aku buta arah!” tukas Noval sewot.
“Bukan gitu sayangg… kan kamu belum tahu rumah temenku….”
“O, iya….” Noval menepuk jidatnya lalu nangkring di belakang Juno. ”Buruan cabut. Awas  kalau ceweknya gak cakep!”
“Nahh gitu donkk. Yang semangatt…. Okee…. Siap tancapp boss….” Juno melajukan montor Noval cepat.
Sampai di rumah temen Juno yang namanya Surya, Noval kaget setengah mateng. Mateng-sematengnya, bahkan hampir gosong! Eh, emang masakan. Hehe…. Tak lain dan tak bukan karena salah satu dari adik Surya adalah Sesha! Noval melongo setengah mati, sementara Sesha salah tingkah.
“Ehmm…. Apa kabar?” Sesha membuka percakapan dalam kecanggungan yang kentara.
“Baik….” Noval menunduk menahan kegundahan hatinya. Dan berusaha keras menelan perasaan suka dan sakit hatinya sekaligus. Mereka terdiam beberapa saat dalam keheningan yang mencekam. Weh, kayak film horror saja.
“Aku ingin minta maaf….” Suara lembut Sesha terdengar kembali. Wajah cantik itu kelihatan tulus dan di bola matanya terpancar penyesalan yang dalam.
“Emang kamu salah apa?” Noval tersenyum tipis. Dia tidak ingin mendendam pada siapapun, meski jelas terasa di hatinya rasa pedih itu.
“Bisakah kita memulai kembali dari awal?”
Pertanyaan Sesha itu mengagetkan Noval. Bisakah? Bisakah dia melupakan kekecewaannya, rasa sakit hati dan kepedihannya setelah Sesha dengan tega mempermainkannya? Dan bisakah Sesha setia padanya? Noval menghela nafas, terdiam untuk sejenak.
“Sesha… aku memaafkanmu.” Noval menggenggam jemari Sesha untuk membuktikan ketulusannya. “Tapi maaf… aku rasa kamu bukan cewek terbaik untukku. Begitu pula aku bukan cowok terbaik untukmu.”
Sesha terperangah, tidak menyangka akan penolakan Noval.
“Aku sudah putus dengan cowokku….” Sesha menjelaskan karena mengira itu alasan Noval menolaknya.
“Bukan itu alasannya….” Noval berdiri. “Kamu tidak bisa memulai sesuatu yang sudah kamu akhiri.”
Air mata Sesha menetes. Dia hanya bisa menatap punggung Noval yang mulai menjauh darinya.
“Jun, ayo pulang.” Noval berbisik di telinga Juno yang sedang asik ngobrol dengan Ririn, adik Surya juga yang notabene adalah kakak Sesha.
“Loh, kenapa? Lagi asik ngobrol neh.”
Noval melotot memberi isyarat bahwa dia tidak bisa ditolak. Di jalan Juno terus menerus bertanya sekalian protes dengan gangguan Noval tadi.
“Nanti aku ceritain. Yang pasti dan yang paling penting prioritasku bukan cewek dulu! Mendingan aku konsen sekolah, kuliah, kerja! Nah baru deh cari cewek untuk hubungan serius!”
“Ah, sok bijak lu, Val…,” ejek Juno. Tawa mereka berdua membahana di jalanan, berusaha mengalahkan suara keramaian lalu lintas.  

* * *
Ditulis                : Lupa
Dikirim              : Rabu, 10 Maret 2010
Konfirmasi        : Selasa, 07 September 2010
Dimuat di Majalah Teen : Edisi 241/th XVIII/ Minggu Keempat November 2010

Teh Hijau Kepala Djenggot

          Dulu aku adalah penggemar soda yang berwarna biruuu. Aku juga suka minum apa saja, kayak teh, kopi, jus, pokoknya minuman yang man...