Friday, November 15, 2013


What`s A Friends Are For
Lidya Renny Chrisnawaty


“Sorry, Sar. Aku nanti malem mau kencan sama Surya…,” kata Ika dengan nada menyesal sewaktu Sari mengajaknya ke Malioboro Mall.
“Okey. Nggak apa. Have fun ya…,” sahut Sari berusaha terdengar ikut senang padahal dalam hati dia kecewa. Sari mematikan HP-nya lalu merebahkan tubuhnya di ranjang berseprei putih itu. Matanya menatap langit-langit kamarnya yang bercat hijau muda itu. Ingatannya melayang ke kejadian beberapa hari yang lalu.

* * *

“Sarr! Aku lagi seneng banget nih!” Wajah Ika tampak berseri-seri.
“Kenapa? Ada apa? Memang kamu menang undian 1 Milyar ya? Traktir-traktir donkk…,” goda Sari sambil mengunyah keripik singkong.
“Suryaaa Sarr…,” Ika histeris dan tidak peduli dengan ledekan Sari.
“Surya? Surya siapa? Surya Saputra? Kamu ngefans sama dia? Ih boro-boro, meski dia ganteng tapi sudah kayak om-om tuh.” Sari menepuk rok SMP-nya yang kejatuhan remah-remah keripik.
“Bukan! Surya yang sering aku ceritain tuh loh. Anak IPA kelas 3, kakak kelas kita.”
“Oh, itu…” Sari angguk-angguk sok ngerti persis ondel-ondel. ”Kenapa tuh anak?” tanyanya cuek dengan pandangan sepintas memang-penting-ya?
Tangannya terus asik mencomot keripik dalam kantong plastik lalu mengunyahnya lagi dengan suara berisik. `Kraus. Kraus.`
“Surya nembakk aku, Sarr!!” jerit Ika dengan suara histeris plus agak kesal ngerasa diledekin.
“Hah? Nembak gimana maksudmu? Dorr gitu?” tanya Sari bego.
“Dia minta aku jadi pacarrnyaa, gituu!” Ika kesal banget dengan ke-telmi-an sobatnya.
“Wahh selamatt donkk, kaaa!” Sari akhirnya mengerti. Dia menepuk bahu sahabatnya itu keras-keras. ”Aku ikut senang dehh!”
“Thanks, Sarr…” Ika nyengir seneng sekaligus kesakitan. Dia mengelus-elus bahunya yang lumayan sakit digaplok Sari tadi. “Eh by the way dari tadi kamu kok nggak nawarin aku keripiknya?”
Sari meringis dan menyerahkan bungkus keripiknya lalu buru-buru kabur.
“Laa…, koq kosong? SARIII!!!”
“Jangan lupa traktirannya yaa!! Ahaha..” teriak Sari dari kejauhan. Sari ikut senang akhirnya Ika pacaran dengan cowok yang ditaksirnya. Seorang sahabat ikut bahagia bila sahabatnya bahagia. Gitu kan? That what`s friend are for. Tapi sejak Ika pacaran dengan Surya, Sari seolah-olah terlupakan dari hidup Ika. Pertama-tama dia maklum. Maklum pasangan baru. Lagi anget-angetnya, hot-hotnya. Tapi lama-lama kok dia ngerasa terabaikan ya. Dulu biasanya setiap istirahat siang, dia dan Ika makan di kantin berdua sambil ngobrolin macem-macem dari soal gosip seleb sampai ke trend pakaian terbaru. Tapi sekarang dia sering makan sendirian karena Ika asik makan dan ngobrol dengan Surya di kantin. Dia sering diajak ikutan tapi dia tolak dengan halus. Dia tahu diri. Nggak enak. Ganggu orang pacaran. Jadi obat nyamuk. Hampir setiap malam juga Ika dan Surya pergi keluar berdua, bukan hanya malam minggu. Surya otomatis  telah memonopoli seluruh waktu Ika, sahabatnya sejak SD itu. Ika yang memang manis dengan rambut panjang hitam yang terurai sampai ke pinggangnya yang langsing dan Surya yang termasuk 3 besar cowok terkeren di antara cowok-cowok di kelas 3 memang kelihatan serasi. Manis dan cakep.
Dalam hati Sari agak mangkel juga. Kesal. Marah pada Surya yang telah merebut sahabat terbaiknya. Memilikinya untuk dirinya sendiri. Namun Sari hanya bisa diam padahal dia kesepian. Kadang dia kangen celotehan Ika. Cerita-cerita Ika tentang gosip para artis. Dan biasanya dia dan Ika ke Mall tiap sabtu dan minggu, sekarang Sari jadi sering merenung di rumah sambil dengerin radio atau membaca-baca majalah kesayangannya. Dulu Ika suka nginep di rumahnya dan mereka mendiskusikan artikel di majalah itu. Apa aku juga cari cowok saja yah? Sari berpikir dalam hati. Cewek berambut sebahu itu berusaha mengingat-ingat wajah beberapa cowok di sekolahnya, meski tampang mereka lumayan namun Sari gak berminat. Biarlah aku sendiri dulu, atau aku cari sahabat baru? Buru-buru ditepisnya pikiran itu. Tidak ada yang bisa gantiin Ika sebagai sahabatnya meski sekarang Ika sudah melupakannya. Sari mendesah pelan.
“Sariii… mandi duluu. Ikut ibu ke tempat Tante Rani nggakk?” teriak ibunya dari luar kamar  membuyarkan lamunannya.
“Iyaa buu!!” balas Sari lalu bergegas menyambar handuknya dan ngibrit ke kamar mandi. Sebenarnya dia tidak suka pergi ke rumah Tante Rani. Tante Rani itu cerewetnya minta amplop dan Sari suka tutup kuping kalo denger Tante Rani cerita panjang bangett kayak rel kereta api. Panjang dan lamaa. Tapi yah daripada dia sendirian di rumah. Bete. Kesepian. Biasanya tiap malem Ika maen ke rumahnya. Ika… lagi-lagi Ika adalah alasan kesendiriannya. Kesepiannya.

* * *

Kring. Kring. Telepon di ruang tengah berbunyi. Sari dengan males-malesan beranjak dari sofa. Dia langsung melemparkan majalahnya ke meja.
“Uhh… pada kemana sih? Kok nggak ada yang angkat telepon. Siapa juga yang telepon malem-malem begini,” gerutunya setelah menatap jam di dinding yang menunjukkan pukul 10 malam lebih.
“Halo?”
“Sar….,” terdengar sahutan lemah dari seberang.
Sari terkejut mendengar suara yang sangat dia kenal itu. ”Ika? Ada apa? Kok telepon malem-malem gini?”
“Sar… aku boleh nginep ke rumahmu nggak? Sekarang aku sudah ada di deket rumahmu,” kata Ika dengan suara parau seperti orang yang mau menangis.
“Iya! Boleh saja,” jawab Sari cepat.
“Thanks Sar…” Ika menutup telepon. Sari langsung melangkah cepat ke pintu rumah dan duduk di teras menunggu kedatangan Ika sambil terus bertanya-tanya dalam hati. Ada apa dengan Ika ya? Apa dia sedang ada masalah? Dengan Surya? Tak lama Ika datang dengan kaos berwarna pink dan celana jeans biru. Dia langsung memeluk Sari dan menangis. Sari mengelus-elus rambut Ika, berusaha menenangkannya dan mengajak Ika ke kamarnya. Dugaan Sari bener.
“Aku bertengkar dengan Surya, Sarr….” Ika bercerita dengan wajah sembab. Dia bilang Surya itu overprotected banget. Cemburuan. Ika jadi merasa terkekang dan nggak bebas. ”Kemarin waktu aku lagi ngobrol sama si Dani, dia langsung nuduh aku selingkuh. Aku nggak tahan dengan sikap cemburuannya yang kebangetan itu. Padahal liat sendiri kan? Dani sama dia cakepan mana? Dani culun gitu. Nggak mungkinlah aku naksir dia…”
“Itu kan artinya dia cinta banget ama kamu, ka…” Sari tertawa kecil. Dia mendengarkan cerita sahabatnya dengan penuh perhatian.
“Iya, mungkin… tapi harusnya nggak usah terlalu over gitu donk!!” kata Ika dengan kesal. Airmatanya mengalir ke pipinya.
“Udahlah. Sana baikkan lagi. Kalian kan saling suka, kalau sayang harus saling memaafkan donk.”
“Aku yang minta maaf? Nggak sudi! Dia yang salah kok!”
“Nggak ada salahnya kan? Kadang mengalah itu lebih baik daripada memperbesar masalah. Kamu sayang Surya kan?”
Ika terdiam sesaat lalu menjawab. “Sayang… Aku sayang banget sama dia..”
Sari tersenyum. “Ya udah. Sana minta maaf. Aku pinjemin telepon. Siapa tahu dia belum tidur jam segini.”
Ika akhirnya tersenyum dan menghapus airmatanya. “Tumben kamu jadi bijak, Sar. Eh, ngomong-ngomong kita sudah lama nggak ketemu sejak aku jadian sama Surya. Aku kangen juga loh sama kamu…” Ika memeluk Sari erat.
“Iya. Aku juga kangen. Nggak ada yang nemenin jalan-jalan ke Mall, nggak ada yang ribut-ribut minta traktir pas bokek.” Sari tertawa kecil.
“Hehe… Thanks yah Sar. Kamu emang sobatku yang paling baik. Maafin aku yah selama ini telah mengabaikanmu, tapi kamu tetep selalu ada saat aku butuh. Mulai sekarang aku akan bilang sama Surya supaya bisa berbagi aku sama kamu. Bagaimanapun aku sadar aku tetep butuh seorang sahabat seperti kamu. Yang ikut seneng waktu aku seneng, menghibur waktu aku sedih. Aku bener-bener beruntung punya sahabat kamu Sar…”
“Aku juga beruntung kok, Ka. Sudah buruan telepon Surya, gih!” Sari menggandeng Ika ke ruang tengah untuk menelepon.
Esoknya di sekolah Sari tersenyum menyaksikan sahabatnya kembali mesra dengan pacarnya, si Surya. Bahkan Surya mendekatinya lalu mengatakan sesuatu yang bikin Sari terkejut.
“Sar… sorry. Aku sudah ngerebut sobatmu. Aku janji deh nggak akan monopoli Ika buat diriku sendiri. Aku akan berbagi dia sama kamu. Aku sadar dia tetep butuh seorang temen cewek yang bisa mengerti dia dan itu adalah kamu. Thanks yah. Berkat kamu kami bisa baikkan dan hubungan kami bisa lebih baik lagi…” kata Surya panjang lebar dengan penuh rasa terima kasih.
Sari tersenyum. “Iya. Jaga Ika baik-baik. Awass loh kalau kamu bikin dia nangis lagi! Bakalan aku larang dia pacaran sama kamu!” ancam Sari sambil ketawa. Mereka bertiga ketawa. Sari senang karena dia akhirnya mendapatkan sahabatnya kembali. Dan dia bangga bisa menjadi sahabat yang baik, yang ada di dalam suka dan duka. Cause that what`s a  friends are for...

Ditulis               : 15 Juni 2006
Dikirim             : 31 Oktober 2008
Konfirmasi        : 31 Juli 2009
Dimuat              : Majalah Teen Edisi 177/Th XVI/Minggu Ketiga Agustus 2009

* * *



Teh Hijau Kepala Djenggot

          Dulu aku adalah penggemar soda yang berwarna biruuu. Aku juga suka minum apa saja, kayak teh, kopi, jus, pokoknya minuman yang man...