Selasa, 12
Agustus, aku, Nofita dan Mbak Tria Ayu K mengikuti Pelatihan Menulis Fiksi di
Aula Kedaulatan Rakyat (KR) Jl. P. Mangkubumi No. 40-42, Yogyakarta. Pukul tiga
aku dan Nofita telah sampai di Aula KR. Mbak Tria datang 10 menit kemudian. Setelah
registrasi ulang (sebelumnya mendaftar melalui sms) dan membayar biaya 50 ribu
untuk umum, kami mendapat snack dan buku 33 Kiss (Keep it Simple and Super)
Menulis Fiksi dan Nonfiksi yang ditulis oleh Dra Naning Pranoto.
Dra Naning
Pranoto adalah sastrawati, tutor creative
writing, penulis cerpen, novel serta pembina rayakultura. Profil lengkapnya
bisa dibaca di www.rayakultura.net.
Dr Free Hearty adalah dosen sastra, penulis dan budayawan.
Dr Free Hearty dan Dra Naning Pranoto |
Acara dimulai pukul tiga
menjelang sore. Puluhan orang dari berbagai kalangan hadir, mulai dari pelajar,
guru, penulis dan masyarakat umum. Berikut yang aku tulis dari acara ini :
- Apa artinya kita menulis jika tidak membaca? Seorang penulis tidak bisa dikatakan penulis jika tidak mau membaca. Tanpa bacaan, pemahaman atas semesta membuat karya menjadi dangkal. Imajinasi tidak akan terstimulasi jika tidak membaca.
- Apa yang terlompat dari mulut adalah cakrawala harapan. Tidak seorang pun menulis dengan kepala kosong. Penulisan atau pembacaan tergantung bagaimana memahami aspek-aspek kehidupan.
- Seorang penulis mampu mendidik jiwanya, punya kecerdasan emosional dan spriritual. Penulis harus percaya Tuhan.
- Modal seorang penulis adalah kepekaan, kata-kata, pena dan kertas, tapi paling mahal adalah waktu. Menulis bukanlah beban tapi kegiatan menyenangkan. Don’t tell but show. Menulis itu bukan bakat tapi niat.
- Penulis itu menulis non fiksi, pengarang menulis fiksi literer.
Acara berakhir nyaris pukul enam,
setelah minta tandatangan untuk buku KISS, kami minta sertifikat lalu keluar
Aula KR, ternyata di luar masih terang. Di sebelah KR ada angkringan yang
lengkap sekali pilihan nasi dan lauknya, kami pun nongkrong disitu J